Jumat, 11 Juli 2008

Sifat dan Kegunaan Potasium Klorat
Ismunandar

Amrozi adalah salah satu tersangka kasus peledakan bom di Bali yang pekan depan akan diajukan ke depan sidang pengadilan di Denpasar Bali.
Tulisan ini tidak membicarakan kasus hukum Amrozi, namun mencoba memaparkan sifat dan kegunaan bahan tersebut.
Oksidator
Potasium klorat atau kalium klorat yang memilikirumus kimia KCL seperti bahan klorat lain adalah bahan oksidator umum yang ditemui di laboratorium kimia. Bahan ini merupakan oksidator yang relatif kuat. Kalium klorat diproduksi dalam skala besar untuk industri kembang api korek api, peledak, dan antiseptik.

Sebagian besar piroteknik dan bahan peledak berdaya ledak rendah, beroperasi berdasarkan proses reaksi antara "bahan bakar" dan oksigen untuk menghasilkan panas, suara, atau gas.
Piroteknik adalah bahan untuk menghasilkan api, nyala, cahaya panas, suara ledakan, atau asap, tetapi bukan ledakan hebat, misalnya korek api, pengembang airbag, granat, pelet bahan bakar untuk tungku, dan sebagainya. Walaupun di udara ada oksigen, laju pembakaran akan terbatas bila hanya mengandalkan suplai oksigen atmosfer.

Dalam bahan peledak atau piroteknik itu dicampurkan bahan "pengoksidasi", yang dapat dianggap sebagai komponen penghasil oksigen bila dipanaskan. Misalnya untuk campuran "serbuk hitam (black powder)", bahan peledak yang telah dikenalsejak duludi Cina,adalah campuranarang danbelerang(sebagai bahanbakar) danpotasium nitratatau kaliumnitrat (KNO2)sebagai oksidator(pengoksidasi). Belakangan ada orang yang mengganti KNO2 dengan potasium klorat.

Dalam dunia piroteknik, penggunaan kalium klorat ini telah mulai ditinggalkan karena kepekaannya pada asam dan suhu dekomposisi (penguraian)yang relatif rendah. Sebagai gantinya, orang menggunakan potasium perklorat(KCLO)yang walaupun lebih mahal, namun lebih baik dan lebih aman.

Namun, dalam penggunaan tertentu, justru kepekaan itu sangat penting. Misalnya untuk korek api. Diharapkan dengan sedikit saja sentuhan antara pentol korek dan pinggir wadah, api dapat ditimbulkan.
Desain korek api yang ditemukan secara tak sengaja oleh kimiawan Inggris, John Walker, tahun 1826, pada dasarnya masih tetap dipertahankan sampai sekarang. Desain dasarnya adalah pentol terdiri atas pengoksidasi,biasanya kalium klorat(KCLO) bahan bakar biasanya belerang atau rosin, dan pengikat (lem).

Bagian untuk menggesekkan di kotak wadah terdiri atas serbuk gelas dan fosfor merah yang diikat dengan pengikat. Bila pentol korek digesekkan dengan bagian ini, fosfor merah akan berubah menjadi fosfor putih yang lebih mudah terbakar.
Akibat terbakarnya fosfor putih akan memungkinkan reaksi bahan bakar dan pengoksidasi yang dapat menghasilkan api yang kontinu(tidak cepatmati). Olehkarena sifatpengoksidasinya ini,KCLO juga digunakan dalam pembuatan bleach (bahan pengelantang) dan detergen.
Menarik untuk dicatat juga bahwa di Provinsi Chiang Mai (Cina), kalium klorat juga digunakan untuk merangsang longan agar berbuah di luar musimnya. Namun, karena kepekaannya, penggunaan ini sempat mengakibatkan musibah yang menewaskan 45 orang dan melukai tidak kurang dari 100 orang.
Peledak kelas rendah

Sebagian besar peledak dengan daya ledak yang lebih besar secara kimia beroperasi dengan penghancuran struktur molekulnya, bukan dengan pembakaran seperti pada peledak berdayaledak rendah.Peledak berdayaledak tinggiklasik nitrogliserin.
Walaupun proses ini mirip dengan pembakaran, dalam kasus ini oksigen adalah bagian dari molekul bahan itu sendiri. Karena hasil-hasil penguraian tadi memiliki ikatan yang lebih kuat, maka dalam proses ini akan dihasilkan energi yang besar dalam waktu singkat (ledakan yang dahsyat).
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah kalium klorat memang sering digunakan sebagai komponen pengoksidasi dalam peledak walau dalam peledak berdaya ledak rendah. Namun, peledak daya ledak rendah pun, bila ada dalam jumlah besar, daya ledaknya akan besar pula.
Pencemaran tanah


Tong yang dipendam di bawah tanah yang bocor bisa mencemari tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
Daftar isi
1 Dampak
1.1 Pada kesehatan
2 Penanganan
2.1 Remediasi
2.2 Bioremediasi
3 Pranala luar


1. Dampak

1.1 Pada kesehatan

Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat dapat menyebabkan ganguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan kematian.
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem[1]. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.

2. Penanganan

2.1 Remediasi

Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.

2.2 Bioremediasi

Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
Dampak
Pada kesehatan Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat dapat menyebabkan ganguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan kematian.
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem[1]. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.
Penanganan
Remediasi Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
Bioremediasi Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).